KARAKTERISTIK URAT KUARSA EPITERMAL PADA BATUAN INDUK TERALTERASI FORMASI KOMPLEKS MELANGE LUK ULO DI KECAMATAN SADANG, KABUPATEN KEBUMEN

Eko Puswanto, Chusni Ansori

Abstract


Indikasi aktivitas hidrotermal di daerah Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen berupa mineralisasi yang dicirikan oleh adanya alterasi hidrotermal, mineralisasi sulfida, dan urat kuarsa yang menerobos basal, gabro dan batuan metamorf anggota Formasi Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur Kapur – Paleosen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi fisik-kimia batuan Formasi Kompleks Melange Luk Ulo yang teralterasi berdasarkan data inklusi fluida dan data XRD. Urat kuarsa yang berkembang berupa vein masif dan stockwork dan menunjukkan tekstur tumbuh, pengisian rongga-rongga, comb, dan struktur kuarsa sebagian kalsedonik. Urat kuarsa masif berukuran halus dan sebagian terbreksiasi, sedikit mengandung pirit dan sfalerit. Tekstur urat kuarsa tersebut dapat dikelompokkan pada zona kalsedonik. Data inklusi fluida mengindikasikan bahwa fluida hidrotermal terbentuk pada suhu 170oC - 185C, dengan kedalaman minimum 150 m di bawah permukaan air tanah, dan salinitasnya setara dengan 2.5 – 2.2 berat NaCl. Hasil pengeplotan asosiasi mineral yang dihasilkan dari analisa XRD pada diagram stabilitas mineral menunjukkan bahwa fluida hidrotermal terbentuk pada interval suhu dari 280oC hingga 340C. Berdasarkan data tersebut, diinterpretasikan bahwa urat kuarsa-sulfida di daerah penelitian mengalami 2 tahap perubahan sistem, dari sistem mesotermal menjadi sistem epitermal.

Keywords


hidrotermal, alterasi, mineralisasi, Kompleks Melange Luk Ulo

Full Text:

PDF

References


Asikin S., 1974. Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi teori Tektonik Dunia yang Baru, Desertasi Doktor. Institut Teknologi Bandung, tidak dipublikasi, 103 hal.

Asikin S., Handoyo, A., Busono H., dan Gafoer S, 1992. Geologic Map of Kebumen Quadrangle, Java, scale 1 : 100.000. Geological Research and Development Center, Bandung.

Dong, G., Morrison., G and Jaireth., S., 1995. Quartz Texture in Epithermal Veins, Queensland – Classification, Origin, and Implication: Economic Geology, vol 90, p 1841 – 1856.

Haas, J. L., 1971. The effect of Salinity on the Maximum Thermal Gradient of a Hydrothermal System at Hydrostatic Pressure. Economic Geology, 66, p 940 – 946.

Idrus A., Hartono, Setiawan I., Warmada I. W., Yudha R. K., 2009. Keberadaan dan Karakteristik Endapan Urat Kuarsa Epithermal di Gunung Tukung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur: Implikasi pada Eksplorasi Emas di pegunungan Selatan. International Conference Earth Science and Technology, Yogyakarta.

Morrison, 1977. Important Hydrotermal Minerals and Their Significance, 7 ed. Kingston Morisson Ltd, New Zealand.

Morrison, Gregg, 1990. Textural Zoning In Ephitermal Quartz Veins, Klondike Exploration Service.

Toto A.F. Sumantri, Iwan Setiawan, Fikri M. Fiqih dan Mutia D. Yuniati, 2007. Studi Potensi Kandungan Logam Mulia (Emas) Pada Batuan Beku Basalt, Di Daerah Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Inventarisasi Sumberdaya Alam. No. 907d/IPK.1/OT/2007.

Wakita K., Munasri & Widoyoko B, 1994. Cretaceous Radiolarian from the Luk Ulo Melange Complex in the Karangsambung Area, Central Java, Indonesia. Journal of Southeast Asian Earth Science 9, p 29 – 43.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.