AIR TAWAR DI PULAU KECIL (TERUMBU KARANG) DAN WILAYAH PESISIR DI INDONESIA : MASALAH DAN ANTISIPASI TERHADAP KENAIKAN MUKA AIR LAUT GLOBAL

Wahjoe Soepri Hantoro, S Hadiwisastra, E M Arsadi, A Masduki, Susilohadi -, H Latief, Suyatno -, E Kosasih, B Gertz vd, R Nagtegaal

Abstract


Pulau-pulau kecil di Indonesia, berdasar genesanya dapat dikelompokkan sebagai pulau volkanik, tetonik, relik sisa paparan, delta dan pulau terumbu karang. Pengelompokan genesa ini menghasilkan gambaran morfologi pulau-pulau kecil dimana satu dengan yang lain sangat berbeda. Pulau dengan morfologi berbukit dan berpantai curam mencirikan pulau tektonik dan volkanik, maupun relik paparan, sementara pulau delta dan terumbu karang pada umumnya memiliki morfologi landai dan datar. Demikian halnya dengan kawasan pesisir pulau utama, pada dasarnya dapat dikenali genesanya seperti halnya pada pulau kecil, namun umumnya memiliki paparan luas dataran rendah basah dan atau rawa. Sejumlah pulau kecil dan wilayah pesisir terpilih telah dipelajari genesa dan geologinya dengan berbagai pendekatan untuk mengetahui perubahan lingkungan serta mengenali sifatnya pada keragaman sumberdaya hayati maupun nirhayati, dalam hal ini neraca hidrologi yang sangat tergantung pada kondisi geologi dan meteorologinya. Kajian terutama dilakukan pada pulau dan pesisir berpantai landai dengan sedimen lepas karbonat resen hingga Holosen. Beberapa pengukuran geofisika dan pemboran inti telah dilakukan untuk mengetahui geologi dan keberadaan air tawar di pulau kecil serta pesisir. Geologi di pulau kecil memperlihatkan suatu urutan pengendapan terumbu karang yang mengalami perulangan perubahan muka laut terutama dengan ciri pengendapan seiring kenaikan cepat muka laut sejak zaman es terakhir (14.000 th). Data tersebut juga mengandung ciri dimana gugusan pulau terumbu karang berada pada gejala tektonik penurunan maupun pengangkatan, yang dalam hal ini juga dipertegas oleh data seismik pantul dangkal dari kawasan disekitarnya. Geologi di bagian delta juga memperlihatkan ciri sedimentasi di suatu cekungan dengan gejala penurunan tektonik seiring perubahan muka laut sejak beberapa kali perioda ulang muka laut glasial-interglasial (Kuarter Atas). Walau pada sekuen sedimennya terdapat endapan pasir, namun sangat kecil menemukan aquifer air tawar yang memadai untuk pengelolaan berkelanjutan. Memperhatikan skenario pesimistik IPCC mengenai kenaikan muka laut global 1 cm/tahun, maka sebagian besar pesisir dan terutama pulau-pulau kecil sesungguhnya saat ini berada pada ancaman serius dengan berbagai akibatnya. Ancaman tersebut, salah satunya adalah
akan menjadi sangat berkurangnya ketersediaan air tawar pulau yang hanya diperoleh dari air meteorik. Naiknya muka air laut akan menaikkan muka air asin di pulau yang di atas mana saat ini bertengger lensa air tawar yang akan segera menipis, yang berdasar pengukuran saat ini
mempunyai tebal tidak merata hanya antara 2-4 m. Langkah awal mengatasi masalah ini terutama di pulau terumbu karang karbonat adalah melakukan upaya peningkatan imbuhan air meteorik dengan injeksi pada akuifer berdasar keadaan geologinya, serta diikuti dengan pengaturan
pemakaian air tawar sehingga selalu seimbang neracanya. Di sisi lain perlu diusahakan memperhalus sedimen yang menjadi tempat air tawar terkumpul sehingga dapat menghalangi masuknya air asin dari formasi dibawahnya maupun langsung dari arah samping (pantai) ketika pasang naik paling tinggi. Upaya ini dapat dilakukan dengan penanaman jenis pohon tertentu
yang sudah diuji kemampuan dan perilakunya sehingga dapat cepat memberi hasil utama dan sampingan namun juga terhindar dari dampak-dampak negatif antara lain kelebihan evapotranspirasi yang pada akhirnya bahkan dapat mengurangi persediaan air di pulau. Upaya peningkatan kualitas air tawar juga dilakukan dengan pengolahan limbah air keluarga yang luarannya juga diusahakan dikembalikan sebagai bagian dari neraca air tawar pulau kecil-pesisir.

Keywords


Pulau kecil, Air tawar

Full Text:

PDF

References


Badan Geologi nasional : Atalas pulau kecil Indonesia berdasar mandala geologi dan lingkungan. In press. 2007.

Hantoro, W.S. 1993b. Environment and climate changes record since the last interglacial obtained from the study of the modern and uplifted coral reef in Indonesian Island Arc: Background and strategy of the program. In: Proceeding the IAEA consultants Meeting of the Retrospective Studies on Coral Reefs, Townsville, Australia, 17-21 May 1993.

Hantoro, W.S. 1993c. Sea level variations and global climate changes: Present status of study in Indonesia. In: Proceedings of the US-Indonesia Workshop on Resources & Climate-related

Studies of the Shallow Epicontinental Seas of South East Asia (SESSA), July 27-28 , 1993, Jakarta, Indonesia.

Hantoro, W.S. 1993c. Sea level variations and global climate changes: Present status of study in Indonesia. In: Proceedings of the US-Indonesia Workshop on Resources & Climate-related

Studies of the Shallow Epicontinental Seas of South East Asia (SESSA), July 27-28 , 1993, Jakarta, Indonesia.

Hantoro, W.S. (1993j). Pleistocene sea level variations and global changes in Indonesia. Study of the uplifted coral reef terraces. In: Preceedings of the Committe for Co-ordination of Joint Prospecting for Mineral Resources in Asian Offshore Areas (CCOP) Workshop XXX Session, November 9-13, 1993, Denpasar-Bali, Indonesia.

Hantoro W.S., 1996. Low stand sea level and landform changes: climatic changes consequence to epicontinental shelf and fauna migration through Indonesian Archipelago. In Preceeding of: “The environmental and Cultural History and Dynamics of the Australian-Southeast Asian Region” seminar, Melbourne, December 10-12, 1996.

Hantoro W.S., Handayani L., Narulita I., Suprijanto D., 1996 Tectonic and climatic influences to the spatial and temporal development of coral reef limestone in Indonesian Maritime Islands: Assessment on Quaternary coastal evolution. In: Proceedings of Coral Reef Congress, July 1996, Panama.

Hantoro W.S. et al, 2000. Holocene Paleo oceanography of Indonesia Island Arc. In: IOC Westpac Paleo oceanography Map & Monogram (in press). Westpac Intergovernmental Oceanographic Commission, IOC/ Westpac Sub-Commission publication.

Hantoro W.S. et al, 2000. Tectonic and climatic influences to the spatial and temporal development of coral reef limestone in Indonesian Maritime Islands: Assessment on Tertiary to Quaternary coastal evolution to longterm carbon stock in epicontinetal shelf. ICRC Spec. Pub., ICRC, October 2000, Denpasar, Bali, Indonesia.

Hughen K. A., Schrag D. P., Jacobsen S. B. and Hantoro W. S. (1999). El Niño during the last interglacial period recorded by a fossil coral from Indonesia. Geophys. Res. Lett. 26, 3129-

IPCC Report, 2007. Wikipedia.

IPCC 2007. Climate Change 2007. The Physical Science Basis. Cambridge University Press, Cambridge.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.