KAJIAN KONDISI LAHAN BERDASARKAN INDEKS KONSERVASI DI WILAYAH PENGEMBANGAN JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG

Hilda Lestiana, Rizka Maria, Asep Mulyono, Dedi Mulyadi, Sukristiyanti -, Afnindar Fakhrurrozi

Abstract


Wilayah Pengembangan (WP) Jalancagak adalah sebagai pusat pengembangan wisata, perkebunan, perikanan air tawar dan produksi buah-buahan di Kabupaten Subang. Wilayah pengembangan ini dengan pusat kota Jalancagak meliputi kecamatan Jalancagak, Sagalaherang, Cisalak, Tanjungsiang dan Cijambe. Menurut sistem permukiman perkotaan yang diarahkan untuk meningkatkan fungsi pelayanan perkotaan, secara hirarkis kota Jalancagak merupakan pusat kegiatan pariwisata, pusat pelayanan kesehatan, pusat
jasa perekonomian, pusat pendidikan menengah dan tinggi dan permukiman perkotaan. Oleh karena itu WP Jalancagak memiliki resiko pada perusakan kondisi alaminya. Indeks Konservasi (IK) adalah suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan menjadi imbuhan air tanah yang dihitung berdasarkan variabel curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan dan penggunaan lahan. Dalam penilaiannya indeks ini terdiri dari Indeks Konservasi alami dan Indeks Konservasi Aktual. Faktor yang membedakan kondisi alami dan aktual adalah pada jenis penggunaan lahannya. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dikaji bagaimana
perubahan penggunaan lahan mempengaruhi nilai kekritisan lahan resapan air tanahnya di WP Jalancagak. Hasil menunjukkan bahwa pada kurun waktu 10 tahun (1999-2009) telah terjadi pengurangan luas hutan (6.05%) dan tegalan (21.09%), penambahan luas pemukiman (3.42%), sawah (1.73%) dan kebun (22.79%). Hal tersebut telah mengakibatkan berkurangnya luas lahan kelas sesuai (-8%) dan bertambahnya luas lahan kelas kritis (4%), meskipun terdapat pula bertambahnya kesesuaian lahan kelas baik (4%). Perubahan tutupan lahan di Wilayah Pengembangan Jalancagak telah mengakibatkan kecenderungan bertambahnya kondisi kekritisan lahan resapan air tanah sehingga perlu dipantau agar penurunan kondisi tersebut tidak semakin besar

Keywords


Wilayah Pengembangan (WP), Jalancagak, Indeks Konservasi, penggunaan lahan, kekritisan lahan

Full Text:

PDF

References


_____2010. Kota Semarang dalam angka tahun 2009. Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang.

Bahri, M., 2009. Perlunya Pengawasan Pengambilan Air Bawah Tanah (ABT). http:// www.semarang.go.id/cms/.

Bredehoeft J.D, Papadopoulos I.S., 1965. Rates of Vertical groundwater movement estimated from the Earth’s thermal profile. Water Resources Research Journal 1: 325-328.

Dim, J.R., Miyakoshi, A., Sakura, Y., Fukami, K., 2000. Thermal Analysis for Groundwater Flow Assessment in a Sedimentary Basin of Japan, Grounwater Past Achievement and Future Challenges. Balkema, Roterdam.

Lubis R.F, Sakura Y, Delinom R, 2008. Groundwater recharge and discharge processes in the Jakarta groundwater basin, Indonesia. Hydrogeology Journal 16: 927-938. Springer-Verlag.

Murdohardono D., Tobing T. M.H.L. dan Sayekti A., 2007. Over Pumping of Groundwater as the Cause of sea Water Inundation in Semarang City. Prosiding dari Seminar Internasional “Groundwater Management and Related Water Resources in East and Southeast Asia Region”, Desember.

Denpasar, Bali.

Mansure, A.J., & Reiter)., 1979. A vertical groundwater movement correction for heat flow. Geophysical Research J. 84 (B7.

Purnama, S., Kurniawan, A. dan Sudaryatno, 2009. Model Konservasi Airtanah di Dataran Pantai Kota Semarang. Forum Geografi, Vol.20, No.2.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.