KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI PANAS BUMI GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN : Aspek Pemanfaatan Limbah Padat

Mutia Dewi Yuniati, Eko Tri Sumarnadi Agustinus, Igna Hadi, Dyah Marganingrum, Sukristiyanti -

Abstract


Industri Panas Bumi (PLTP) dikenal sebagai salah satu kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan, namun industri ini juga tidak terlepas dari dampak lingkungan manakala kegiatan tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar sejak awal usaha, proses pelaksanaan, hingga akhir kegiatan tersebut. Mengingat fungsi utama kegiatan industri panas bumi adalah pengambilan uap air panas dari dalam perut bumi, maka dampak lingkungan kegiatan tersebut pada umumnya berkaitan dengan pengelolaan dan pembuangan limbah, khususnya geothermal brines. Besar kecilnya limbah padat yang dihasilkan sangat tergantung pada tipikal kondisi reservoir panas bumi, khususnya temperatur yang mempengaruhi sifat kelarutan mineral. Geothermal brine mengandung berbagai unsur kimia terlarut termasuk zat pengotor (kontaminan). Kehadiran zat pengotor selain dapat merusak turbin dan peralatan lainnya, juga dapat mengurangi efisiensi PLTP dan berpotensi mencemari lingkungan. PLTP Geodipa Unit I Dieng merupakan industri panas bumi yang membawa mineral terlarut relatif cukup besar, baik material padat hasil scalling maupun material berbentuk sludge pada kolam pengendapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi material tersebut dari segi kuantitas dan kualitas baik secara fisik maupun kimianya, serta prospek pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Guna mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan melalui sampling di lapangan, karakterisasi dan eksperimen di laboratorium dengan menggunakan parameter kimia
dan fisika. Prinsip dasarnya adalah tidak memurnikan limbah tersebut, tetapi bagaimana mengubah karakter limbah melalui rekayasa teknologi sederhana dengan menambahkan sejumlah bahan aditif sehingga dapat diperoleh material baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kedua jenis material tersebut sebagian besar didominasi oleh silika (SiO2) amorf. Melalui penambahan sejumlah bahan aditif (fly ash, water glass, rice hush carbon) dengan formula tertentu, dapat dibuat prototip produk material baru
(paving block, beton/bata ringan) sebagai bahan bangunan. Penelitian ini menjadi penting, karena disamping dapat memberikan nilai tambah material tersebut juga sekaligus mampu memberikan solusi terhadap permasalahan limbah industri panas bumi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diapresiasi oleh stakeholder, yakni pemerintah daerah, masyarakat, dan industri

Keywords


limbah padat, industri panas bumi, rekayasa teknologi, paving block, bahan bangunan

Full Text:

PDF

References


Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran”, 2006. Melalui program multi years Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID). Jawa Timur.

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 2008. Kajian Recovery Limbah Eksplorasi dan Produksi Panas Bumi menjadi Bahan Silicon. Laporan Akhir, Bandung.

PT. GEO DIPA ENERGI, 2009. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKLRPL) Triwulan II. Laporan Pelaksanaan, Dieng.

SNI N0. 03-0691-1996, tentang Bata Beton (Paving Block).

Sumarnadi E.T., 2007. Bata Keramik Suhu Bakar Rendah sebagai Bahan Bangunan Konstruksi Ringan. Prosiding Seminar Geoteknologi, ISBN 978-979-799-227-9. LIPI Press, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia, No.27 tahun 2003, Tentang Panas Bumi.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.